Peti Mati di Kolom Komentar dan Puisi Lain
Dan dalam satu klik, kematian itu digeser ke bawah layar. Orang-orang kembali ke cerita selebritas dan promo bulan ini. Korban pun jadi arsip di galeri “kenangan sementara.”
Dan dalam satu klik, kematian itu digeser ke bawah layar. Orang-orang kembali ke cerita selebritas dan promo bulan ini. Korban pun jadi arsip di galeri “kenangan sementara.”
Maka dengarlah, dengarlah suara gamelan dari desa, yang nadanya tak kau akui, tapi nadanya—itulah irama negeri ini.
ataukah itu sekadar angin/yang ditiupkan oleh para petinggi/agar mimpi anak timur terbang/melayang, dan tak pernah jatuh ke bumi.
Laksana daun yang gugur oleh serayuan merdu/Indah tetapi juga luka/Pun bianglala yang tak abadi hadirnya.
keren adalah sorot lampu/panggung tinggi/suara gemuruh yang menampar sepi.
Ia Aksara Sembari menunggu bintang jatuh depan rumahKembali bertanya,Apakah esok datang mentari sekali lagiRembulan murung menertawakan. Burung berbinar menyapa kataPenduduk…
Kau anggap kami Islam/Tapi dikerdilkan oleh kelompok-kelompok militan/Kau anggap kami mahasiswa/Tapi tak percaya kiprah kami seperti apa/Kau anggap kami fanatik/Tapi kami lebih universal
Ada tangis di antara malam dan terang,/Sembari menunggu pagi, ia termangu:/”Apakah benar Tuhan baik dengan takdir-Nya?”
Titih tertatih kian menjejak/Rangkak merangkak mengayun rona dunia/Tak habis kutuntas seumur hidup hanyakah untukmu Sahaja
Jika rumus hidup adalah menyusuri ruang dan waktu, ambil peran dari perjalanan hidupmu sendiri kata filsuf